Pantai Lhok keutapang (3 of 3)

Deru ombak tenang berbalut semilir angin tapi menggelitik terus menghipnotis kami untuk tetap tinggal di sini. Seakan tidak rela membiarkan kami yang baru 3 jam saja menghirup atmosfernya. Pohon ketapang terus-terusan merayu kami dengan gemulainya dibantu angin nakal. Momen seperti ini harus diabadikan. Melalui lensa kamera bermerek panasonic, kami mengambil gambar di beberapa tempat.

Image

(Lhok Keutapang) Continue reading

Pantai Lhok Keutapang (2 of 3)

Begitu tiba di pantai, kami disambut oleh beberapa pemuda asal Lamteungoh, Peukan Bada yang sedang camping di situ. Perkenalan singkat dengan mereka berbuah keramahan dan tawaran 2 buah cangkir kopi pahit- kurang gula. Mereka sudah menghabiskan 2 hari 2 malam camping di pinggir pantai.
meunyo awak di sideh, nyan ka lhee malam dek” salah satu dari mereka menunjuk tenda kelompok lain di pinggir tebing.

Image

(Tenda camping mereka)

Kusesap dalam-dalam kopi yang ditawarkan mereka sambil melihat gradasi warna tak kentara -biru laut dan biru langit- dan pulau bunta di kejauhan. Ku rebahkan bokong datarku di hamparan pasir laut putih dan merasakan gelitikan angin laut dan sengatan matahari siang itu. Sejauh mata memandang, aku hanya bisa berdecak kagum menikmati bentang alam ini. Dari Teropong yang kupinjam dari Fahrul, dapat kulihat pulau bunta dengan jelas menantang di depan, hutan di belakang, tebing di sisi kiri-kanan. Kututupi mukaku dengan jaket jeans lusuh berlumpur sambil merasakan semilir ombak menggelitik telinga pelan untuk terus didengarkan. Sejenak aku tidak terpikir rumah, tugas akhir, dan berbagai kegiatan :P. Setiap detik aku habiskan menyesapi keindahan sang pencipta. Continue reading

Pantai Lhok Keutapang (1 of 3)

Minggu, 20 oktober 2013

Persis seperti dugaanku. Pagi itu, hujan rintik-rintik sisa semalam kembali mengguyur Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Langit sedikit agak mendung berawan berarak tidak beraturan. Semilir angin pagi ditambah dinginnya hujan menusuk kulit, menembus pori-pori. Setelah berhasil tidak tidur semalaman akibat minum 2 cangkir kopi hitam pekat, pagi itu aku kembali memastikan ajakan mendadak untuk mendaki gunung di luar kota. Kukirim SMS subuh itu setelah pulang dari mesjid.

“rul, jadi kita naik hari ini? Hujan ga?”

Kira-kira jam 8.09, tiba-tiba Handphone-ku bergetar menandakan SMS telah masuk.

“jadi hib, aku lg terjebak hujan ini, kita ketemu di dhapu yah”

“oke sip”

Jam 8.30 kupacukan motor 2005-ku ke dhapu kupi, salah satu tempat nongkrong di kota ini. Fahrul dan Haikal sedang duduk persis di dekat pintu masuk hingga bisa kuliat langsung mereka. Kami memang memilih Dhapu Kupi sebagai starting point karena pertimbangan aksesibilitas tempat. Setelah berdiskusi tanpa memesan apapun dan melihat matahari pagi telah keluar dengan anggunnya, kami sepakat untuk bergegas meninggalkan tempat itu. Continue reading