Minggu, 20 oktober 2013
Persis seperti dugaanku. Pagi itu, hujan rintik-rintik sisa semalam kembali mengguyur Kota Banda Aceh dan sekitarnya. Langit sedikit agak mendung berawan berarak tidak beraturan. Semilir angin pagi ditambah dinginnya hujan menusuk kulit, menembus pori-pori. Setelah berhasil tidak tidur semalaman akibat minum 2 cangkir kopi hitam pekat, pagi itu aku kembali memastikan ajakan mendadak untuk mendaki gunung di luar kota. Kukirim SMS subuh itu setelah pulang dari mesjid.
“rul, jadi kita naik hari ini? Hujan ga?”
Kira-kira jam 8.09, tiba-tiba Handphone-ku bergetar menandakan SMS telah masuk.
“jadi hib, aku lg terjebak hujan ini, kita ketemu di dhapu yah”
“oke sip”
Jam 8.30 kupacukan motor 2005-ku ke dhapu kupi, salah satu tempat nongkrong di kota ini. Fahrul dan Haikal sedang duduk persis di dekat pintu masuk hingga bisa kuliat langsung mereka. Kami memang memilih Dhapu Kupi sebagai starting point karena pertimbangan aksesibilitas tempat. Setelah berdiskusi tanpa memesan apapun dan melihat matahari pagi telah keluar dengan anggunnya, kami sepakat untuk bergegas meninggalkan tempat itu. Continue reading →